Jumat, 17 Oktober 2014

Semburat Jingga yang Menawan di Pelabuhan Bima (27 September 2014)









Tulisanku yang ini sebenarnya lanjutan dari tulisan sebelumnya (baca: Radu).

Sepulangnya dari Pantai Radu, jadwalku yang sebenarnya adalah futsal. Namun karena kakiku masih belum bisa digunakan untuk bermain bola, aku mencari kegiatan lain. Tak puas karena tak ada foto bagus terambil waktu di Radu, otakku berputar mencari objek pemandangan di kota yang sekiranya akan bagus ketika sunset. Pikiranku kemudian langsung tertuju ke Pelabuhan Bima, yang belum pernah ku datangi waktu itu. 

Pelabuhan Bima terletak di Desa Kolo, Kecamatan Asakota, Kota Bima. Aktivitas utama di pelabuhan ini adalah untuk angkutan barang. Namun ada juga kapal penumpang dari pelabuhan ini menuju Labuan Bajo. Jadi selain dari Sape yang memang lebih dekat ke Labuan Bajo, pelabuhan Bima juga dapat menjadi alternatif jalur penyeberangan menuju kesana, yang tentu akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Menurutku di sini merupakan spot hunting foto yang sangat bagus, selain banyak kapal-kapal besar, baik kapal barang maupun kapal penumpang, yang tentunya sangat bagus untuk modelling. Namun tak seperti di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, di sini kita bisa mendapatkan bonus tambahan yaitu view sunset dan after sunset yang sangat menawan. Warna langit dari jingga hingga ungu dapat kita lihat dengan mata telanjang disini. Subhanallah :)






Kamis, 09 Oktober 2014

Pantai Radu, Wera (27 September 2014)

(view Gunung Sangiang dari Tanjakan Radu, sensor kameraku kemasukan debu --")

  
Sudah lebih dari dua minggu tak sempat ku update blog ini, akibat kesibukan yang membuatku tak pernah sempat untuk menulis. Tapi bukan berarti aku tak sempat jalan-jalan, karena itu wajib hukumnya untuk menghindari stres berlebihan :D

Kali ini akan kuceritakan perjalananku bersama teman-teman kosku ke Pantai Radu, Wera, Bima.

Berawal dari informasi simpang siur yang kudapatkan dari teman kantor, ku ketahui kalau Wera mempunyai pantai-pantai yang indah, dan yang paling penting masih terjaga keasriannya. Maka tentu saja langsung ku ajak teman-teman kos untuk berlibur kesana pada akhir pekan, tepatnya hari Sabtu 27 September 2014.

Ini memang ideku untuk berlibur ke Pantai Radu, namun aku tak punya gambaran sama sekali bagaimana untuk bisa sampai kesana, teman-teman yang lain pun tak ada satu pun yang tahu dimana Pantai Radu itu, yang kutahu hanya Pantai Radu itu berada di Wera. Dari kami bertujuh ada dua yang sudah pernah ke Wera, Yaya dan Panji, hanya berbekal tahu jalan menuju Wera kami lanjut saja tanpa bertanya dimana itu Pantai Radu, sedikit nekat memang tapi justru itu yang membuatnya semakin menarik.

Pagi jam 9 WITA kami bertujuh sudah siap berangkat dengan bekal makanan seadanya, perjalanan diperkirakan tidak akan memakan waktu lama hanya dua jam saja dari Kota Bima. Menggunakan mobil kami menyusuri jalanan menuju Wera dengan santai, walau demikian baru sekitar 45 menit Adib sudah akan muntah saja karena memang jalanan yang dilalui berkelok-kelok. Namun demikian kelokan-kelokan jalan disini tidak sedahsyat jalanan menuju Sape (baca: Lariti).

Tidak banyak percabangan jalan yang kami temui dalam perjalanan, kami hanya mengikuti jalanan saja selama dua jam hingga akhirnya kita sampai juga di Pantai yang tidak tahu Pantai apa namanya. Beruntunglah di dekat situ ada sekolah dasar, langsung aku turun dari mobil untuk kemudian bertanya dimana Pantai Radu kepada guru SD yang kebetulan sedang mengajar pelajaran olahraga. Dan ternyata kami berhenti tepat di Desa Radu, maka tentu saja pantai itu Pantai Radu.

Pantai Radu ditandai dengan sebuah tanjakan tinggi yang terjal dari tanah berbatu dan berdebu, dari tanjakan ini kita dapat melihat Gunung Sangiang yang puncaknya selalu tertutup asap vulkanik. Kalau sudah melalui tanjakan ini, maka Pantai Radu hanya berjarak 300 meter lagi.
Dalam perjalanan menuju Radu, di jalanan dari tanah liat berdebu ada pertigaan ke arah utara menuju Oi Tui. Menurut informasi yang kudengar Pantai Oi Tui juga mempunyai keindahan tersendiri, sehingga sudah pasti akan kukunjungi juga nanti.

Sampai disana kami langsung makan bekal nasi yang kami beli sebelum berangkat, dan seselesainya kami langsung menikmati keindahan pantai dengan cara kami sendiri-sendiri. Aku dan Awal langsung foto-foto mengabadikan keindahan pantai Radu, yang sayangnya tidak ada satupun foto yang bagus. Saking teriknya matahari siang itu membuat tak ada satu pun awan yang berhasil keluar, namun tak cukup sampai situ, langit pun berwarna biru pucat menandakan betapa panasnya cuaca. Disini sunrise pasti sangat bagus karena letaknya yang langsung berbatasan dengan laut lepas dengan Gunung Sangiang sebagai pelengkap. Namun apa boleh buat kami sampai di sana begitu siang.

Tak puas dengan hasil foto yang kudapatkan aku langsung lanjut mandi di laut menyusul Satya, Imran, dan Panji yang sudah lebih dulu menceburkan dirinya. Pertama kupikir air laut di sini kotor, namun terus kuperhatikan air lautnya yang ternyata sangat jernih, pasir hitam di pantai ini yang menjadikannya terkesan kotor. Garis pantai yang lebar dan panjang menjadikan pantai ini enak digunakan untuk bermain-main. Hamparan pasir hitam dengan bebatuan karang pun menambah keindahannya. Dan di seberang Gunug Sangiang yang selalu mengepul menjadikannya semakin eksotis.

(anak pantai :D)

Kami puas-puaskan bermain air dan pasir, sedangkan Adib, Yaya, dan Awal bersantai saja di pinggir pantai. Jam 2 siang setelah semuanya puas bersenang-senang di pantai, kami kembali ke Bima.

(Gunung Sangiang di kejauhan yang tak berhenti mengepul)


Kru (dari kiri): Amin, Imran, Yaya, Satya, Awal, Panji, Adib